KIK di Facebook

Bergabung dan ikutilah Grup Kajian Islam Komprehensif di jejeraing sosial Facebook untuk berdiskusi tentang perbagai persoalan Islam dan Ummat Islam.

Kajian Islam Komprehensif

“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kepada Islam secara kaffah (menyeluruh), .......” [Al-Baqarah : 208].

Selamat Tahun Baru Islam - 1 Muharram 1433 Hijriyah

Pergantian tahun seyogyanya menjadi bahan perenungan kita tentang perjalanan hidup. Apakah yang sudah berubah dalam hidup kita

Sebaik-Baik Insan

Sebaik-baiknya manusia disisi Allah SWT. adalah yang paling memberi manfaat di antara mereka.

Kirim Artikel di Blog KIK

Anda Bisa Berpartisipasi dengan Mengirimkan Artikel atau Berkomentar di Blog Kajian Islam Komprehensif ini.

24.11.11

Keimanan dan Keamanan

”Kebiasaan orang-orang qurays ,(1) melakukan perjalan pada waktu musim dingin dan musim panas. (2) maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (Allah) pemilik rumah ini (ka’bah). (3) yang telah memberi makan ketika kelaparan dan memberi rasa aman ketika ketakutan (4).” (Q.S. Al Quraisy (106) ayat 1-4)
 Dahulu, dimasa Jahiliyah, tradisi orang-orang quraisy sudah dikenal sebagai masyarakat pedagang, mereka berdagang dari satu negeri kenegeri yang lain di jazirah Arabia. Salah satu gangguan diperjalanan kafilah dagang tersebut adalah sering terjadi perampokan yang dikenal dengan ”Qutha’u At Thoriq” (penyamun). Perjalanan melintasi padang pasir yang tandus, berdebu, kering, melintasi bukit-bukit dan gurun. Maka sering terjadi perampokan-perampokan kafilah dagang yang pada waktu itu alat transportasinya adalah Unta. Namun setelah ajaran Islam datang dan berkembang, perjalanan kemana saja diwilayah timur tengah itu dapat dilakukan dengan aman. Sampai hari inipun di kota Mekkah orang dapat meninggalkan barang dagangannya atau tokonya diwaktu sholat tanpa harus takut kehilangan. Hal tersebut tentu tidak terlepas setelah mereka memahami ajaran Islam dengan baik bahwa perbuatan merampok dan mencuri itu adalah sebuah dosa besar. Aqidah Islam telah menjadi keyakinan hidup sehari-hari, sehingga terciptalah rasa aman karena keyakinan, bukan karena ketakutan adanya polisi atau aparat keamanan lainnya.

Akhir-akhir ini, dinegeri kita sendiri, kita sering merasa tidak aman. Kita mulai kehilangan rasa aman dalam kehidupan sehari-hari, baik dirumah maupun diluar rumah. Nyawa manusia dengan mudah sekali dapat dihilangkan oleh perampokan, perkosaan dan pembunuhan. Itu semua menjadi berita rutin diberbagai media, baik media cetak, media elektronik maupun media lainnya, seakan-akan berita tersebut sudah menjadi hal yang biasa dalam kehidupan.

Pada prinsipnya dalam kehidupan ini, manusia mempunyai tiga kebutuhan dasar yang  harus terpenuhi. Dengan itu manusia akan dapat hidup dengan tenang, jika kebutuhan tersebut dapat terpenuhi. Tiga kebutuhan dasar itu adalah :
 
1. Kebutuhan akan rasa aman.
2. Kesehatan.
3. Terpenuhinya kebutuhan pangan.
 
Dalam sebuah hadits nabi dijelaskan yang artinya : ”Apabila seseorang bangun dipagi hari, sehat badannya dan cukup yang akan dimakan dihari itu, maka seakan-akan dunia sudah berada ditangannya.”

   
Akan tetapi, apabila salah satunya terganggu, seperti hilangnya rasa aman, berarti sepertiga dari kebutuhan dasar manusia akan ikut terganggu. Kita memerlukan rasa aman dirumah, aman diperjalanan, aman untuk berusaha, aman untuk berinvestasi, dan sebagainya. Pokoknya dalam hidup ini kita memerlukan terjaminnya rasa aman. Jika pemerintah dapat menciptakan rasa aman ini bagi seluruh rakyat dan bangsa ini, insya Allah ekonomi akan bergerak, aktifitas masyarakat akan berjalan tanpa gangguan, investasi akan masuk, lapangan kerja akan terbuka, pengangguran akan berkurang. Kita pun akan dapat menjalankan ibadah dengan baik.



Tugas pemerintah adalah menciptakan rasa aman bagi seluruh rakyat. Keamanan tidak akan terwujud kecuali dengan tegaknya hukum, terpenuhinya kebutuhan hidup rakyat, tersedianya lapangan kerja, pelayanan kesehatan yang murah dan kesempatan memperoleh pendidikan yang terjangkau.



Nabi Ibrahim ketika telah menetap di Mekkah dan telah memiliki keturunan, antara lain adalah Islamil as, beliau memohon kepada Allah swt agar negeri ini (Mekkah) dijadikan negeri yg aman oleh Allah, seperti terdapat dalam surat Ibrahim ( 14) ayat 35 yang artinya    ”dan ingatlah, ketika Ibrahim berkata :” ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekkah) negeri yang aman, dan jauhkanlah aku dan anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala”.



RASA AMAN TERKAIT DENGAN IMAN



Rasa aman tidak akan terwujud dalam satu negeri apabila manusia-manusia yang ada dalam wilayah tersebut tidak terbina dengan baik, tidak mendapatkan pendidikan yang memadai, tidak memiliki iman, tidak mendapatkan kesempatan untuk berusaha, dan tidak terbukanya lapangan kerja buat mereka memperoleh penghasilan. Antara keamanan dan kualitas pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat termasuk pendidikan dibidang Agama.



Dahulu ketika umat Islam jumlahnya masih sedikit dan mereka terbina dengan baik, maka rasa aman tersebut dapat terwujud. Tetapi setelah jumlahnya semakin besar, tidak terbina dengan baik, akhirnya memunculkan ketidak amanan di lingkungan, muncul sikap individualis, anarkis dan kekerasan. Rasa aman itu juga pemberian dari Allah SWT, karena jika kita menyadari semakin dilaksanakan hukum-hukum Allah dengan baik, maka akan terwujudlah rasa aman.



Didalam QS. Al-Anfal (8) ayat 26, Allah berfirman yang artinya : ”dan ingatlah (hai para muhajirin) ketika kalian masih berjumlah sedikit, lagi tertindas dimuka bumi (Mekkah) kamu takut orang-orang kafir quraisy akan menculik kamu, maka Allah berikan tempat menetap (Madinah) bagimu dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan itu dan diberi-Nya kamu rezeki yang baik agar kamu bersyukur”.



Setelah di Madinah inilah Allah berikan rasa aman kepada kaum muslimin, dimana sebelumnya mereka mendapatkan ancaman, tekanan dan terror dari kafir Quraiys ketika masih di Mekkah. Di Madinah inilah kemudian agama Islam dapat ditegakkan secara utuh



Selanjutnya dalam ayat lain Q.S. Al-’Araaf (7) ayat 96, Allah berfirman yang artinya :  “jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri ini beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan dari bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatan mereka sendiri”.



Selanjutnya, dalam QS. An-Nur (24) ayat 55 Allah berfirman yang artinya : “Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu, yang mengerjakan amal-amal saleh, sungguh Allah akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia (Allah) telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang di ridhoi-Nya dan benar-benar akan mengganti rasa takut mereka dengan rasa aman dengan syarat mereka beribadah kepada Allah dan tidak mensekutukan-Nya dengan sesuatu apapun juga. Barang siapa yang kafir sesudah janji itu mereka itulah orang-orang yang fasiq”.

Selanjutnya, dalam QS. Al-An’Aam (6) ayat 82, Allah berfirman yang artinya : ”mereka-mereka yang beriman dan tidak mencampur adukan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang akan mendapatkan rasa aman dan mereka itu juga adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Sebaliknya, apabila nikmat iman itu ditukar dengan kekufuran (syirik) maka kita akan kehilangan rasa aman dan memunculkan ketakutan. Sebagaimana firman Allah dalam Surat An-Nahl (16) ayat 112, Allah berfirman yang artinya : ” dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman dan tentram rezekinya melimpah dari segala penjuru. Tetapi (penduduknya) kemudian mengingkari nikmat-nikmat Allah. Lalu Allah menyiksa kepada mereka dengan kelaparan, dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat”.



Hilangnya rasa aman, akan menyulitkan kita untuk berusaha, berpergian meninggalkan rumah dan sebagainya. Kita menjadi tidak aman dijalan, di kendaraan, di tempat-tempat umum, bahkan dirumah sendiri.



Padahal keamanan dan rasa aman itu adalah kebutuhan dasar manusia dalam hidup. Keamanan akan memudahkan kita berusaha dan berinvestasi. Jika negara tidak dalam keadaaan aman, investor tidak berani masuk, bahkan yang didalam negeri pun bisa lari ke luar. Sejak krisis moneter pada tahun 1997, sampai saat ini rasa aman kita sering terganggu. Ekonomi menjadi sulit, khususnya bagi masyarakat luas. Negeri menjadi rawan kejahatan dan kekerasan, bahkan sampai kejahatan kerah putih berkembang dengan pesat, seperti yang kita saksikan hari ini. Kesulitan hidup akan membuat orang menjadi gelap mata, melakukan kejahatan dan lain sebagainya.

KEIMANAN

Keimanan akan membuat orang takut kepada Allah dan takut melanggar hukum-hukum lainnya. Keimanan akan membuat orang menjadi yakin, bahwa siapa saja dan apa saja yang dilakukan dan sekecil apapun kejahatan itu akan mendapatkan balasan dari Allah. Orang bisa bebas dari hukuman didunia, tetapi tidak akan bisa bebas dari keadilan Allah di Akhirat, dan itu adalah prinsip keimanan.

Keimanan akan memberikan semangat hidup, agar manusia bekerja keras dalam mencari rezeki yang halal. Dia sadar dan yakin bahwa semua mahluk yang hidup dibumi ini ada rezkinya ditangan Allah. Ada saat orang menghadapi kesulitan tetapi dia sabar dan tidak akan mencari solusi memecahkan masalah dengan cara-cara yang haram.

Keimanan akan membuat orang menjadi terkontrol dan seimbang dalam hidupnya. Keimanan akan membuat hidup menjadi indah.  Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah (2) ayat 155 sampai 157 yang artinya : ”dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan innalillahi wa inna illaihi raaji’uun. Kita semua milik Allah dan semua kita akan kembali kepada-Nya. Mereka itulah yang mendapat keberkahan dan rahmat dari Allah dan mereka itulah orang yang memperoleh petunjuk.”

Keimanan dalam konteks keamanan, harus menjadi milik bersama. Karena keamanan terkait hubungan individu dengan yang lain, dan ini disebut sebagai hukum publik.
Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dosa dan maksiat menjadi faktor hilangnya rasa aman, munculnya rasa takut, datangnya fitnah dan musibah serta datangnya kegoncangan dalam kehidupan.
Mudah-mudahan kita dapat mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Wallahu a’lam. (Drs. H.Amlir Syaifa Yasin, MA/Sekretaris Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia)

15.11.11

BUDAYA MENGALAH MUNCUL AKIBAT HUBBUD DUNYA

Posted by.  amresobri ::
Kebiasaan dalam masyarakat Islam yang tidak mau atau tidak berani mengambil risiko sebenarnya berkaitan dengan penyakit hubbud dunya, demikian menurut M. Natsir dalam buku "Pesan Perjuangan Seorang Bapak". Kebiasaaan yang dikenal dengan istilah budaya mengalah ini ada kecenderungan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya,  dengan alasan sebagai sebuah taktik bahwa suatu saat nanti ia akan berbuat seperti yang diinginkannya. Namun, menurut Pak Natsir, selain bertentangan dengan hati dan kayakinannnya, budaya "ikut arus" ini justru banyak yang terjebak, sehingga sepanjang hidup hanyalah selalu mencari selamat atau keuntungan diri sendiri saja.

Kebudayaan mengalah semakin subur apabila semakin banyak orang yang enggan mengambil risiko atau kesulitan. Dengan berbagai ragam dan motifnya, sejak yang pura-pura, yang melihat keadaan, yang memanfaatkan kesempatan, bahkan ada yang benar-benar enjoy dan menikmati kebiasaan tersebut. Tapi apapun motif dan ragamnya, budaya mengalah adalah merupakan penyakit ummat yang pada akhirnya merugikan diri kita sendiri.*** (amresobri)

11.11.11

Mencegah Banjir

Menjauhkan perbuatan kufur dan kafir, serta perbuatan syirk dalam diri kita, termasuk cara
menghindari terjadinya banjir. Ini berkaitan dengan usaha dan ikhtiar dengan pendekatan iman
dan tauhid dalam mencegah bahaya banjir. Namun demikian, selain menggunakan pendekatan
keimanan tersebut, kita juga harus melakukan usaha dan ikhtiar lainnya dalam mencegah banjir.

Karena itu yang perlu kita lakukan dalam mengantisipasi banjir, antara lain sebagai berikut:
1. Memperbaiki, memperdalam dan memperluas saluran air, selokan, gorong gorong, kali,
sungai, bendungan, waduk dan lainnya agar air berjalan lancar dan dapat terkendali.
2. Membangun bendungan, sungai sungai buatan, waduk dan tempat penampungan air,
sumur sumur dan daerah serapan air dengan melakukan reboisasi, penghijauan sehingga
dapat mengurangi timbulnya banjir besar.
3. Tidak menebangi atau menggunduli hutan semena mena sehingga menimbulkan
dampak lingkungan, bukan hanya mengurangi kesegaran udara dan menimbulkan
pemanasan global, melainkan juga bahaya banjir dan tanah longsor di musim hujan.
4. Tidak membuang sampah secara sembarangan dan serampangan ke selokan, kali dan
sungai, sehingga menghambat kelancaran air dan menimbulkan banjir di daerah
pemukiman. Karena itu buang sampah pada tempatnya. Sediakan tempat tempat
pembuangan sampah baik untuk skala kecil seperti keranjang sampah, maupun sekala
besar seperti velbak atauTempat PembuanganAkhir [TPA] dan sebagainya.
5. Tidak membangun rumah di daerah bantaran kali dan sungai, atau di daerah penghijauan
dan penyerapan air bersih.
Dari lima hal di atas, pada prinsipnya kita diajarkan untuk melakukan perbuatan baik dan menjauhkan diri perbuatan yang merusak alam dan lingkungan sehingga menyebabkan timbulnya banjir. Sebab kalau sudah banjir yang datan menimpa masyarakat, kita tidak bisa menyalahkan alam atau hujan, apalagi menyalahkan nasib dan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Banjir dan berbagai musibah alam yang datang menimpa manusia, semuanya itu tidak terlepas dari ulah dan perbuatan manusia itu sendiri. Sebagaimana dinyatakan dalam firman Nya:
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)". [QS.ArRuum: 41]. [Abu Rahmah]. ***

Menyambut Tahun Baru 1433 Hijriyah

Posted oleh : amresobri
PERJALANAN hari dan pergantian waktu telah mengantarkan kita pada pergantian tahun. Tanpa kita sadari umur pun telah bertambah, penantian ajal pun semakin mendekat, walaupun kita tidak pernah tahu kapan datang waktunya.

Pergantian tahun seyogyanya menjadi bahan perenungan kita tentang perjalanan hidup. Apakah yang sudah berubah dalam hidup kita. Apakah kita sudah berubah kearah yang lebih baik dari hari sebelumnya. Dalam ajaran Islam hari yang tengah dilalui harus lebih baik dari hari kemarin, sementara hari esok harus lebih baik dari hari ini. Maka pergantian tahun seyogyanya menjadi ajang muhasabah.


Sejarah Penetapan Tahun Hijriyah
Ketika khalifah Umar bin Khattab berkirim surat kepada Gubernurnya, Abu Musa Al Asy’ari kemudian surat tersebut dibalas oleh Abu Musa dengan kalimat berdasarkan surat Amirul Mu’minin Khalifah Umar Ibnu Khattab yang tanpa tanggal, saya (Abu Musa) menjawab : …………….., dan seterusnya. Setelah menerima surat dari Abu Musa ini, barulah terpikir oleh Khalifah Umar kenapa kita ummat Islam tidak memiliki penanggalan tersendiri.

Diadakanlah musyawarah, dipanggillah sejumlah sahabat, maka muncullah beberapa saran-saran antara lain, Kenapa kita tidak mulai penanggalan itu dari kelahiran Nabi Muhammad SAW, ada yang mengusulkan ketika turunnya wahyu pertama kali di Gua Hira. Ada juga yang mengusulkan terjadinya peristiwa Isra dan Mi’raj dan ada juga yang mengusulkan dari Hijrahnya Nabi dan para sahabat dari Mekkah ke Madinah.

Setelah membahas hal-hal yang sangat substansial dan mengandung nilai sejarah yang berdampak luas pada risalah Nabi Muhammad SAW, maka disepakatilah peristiwa berpindahnya sejumlah sahabat bersama Rasulullah dari Mekkah ke Yastrib yang kemudian dikenal dengan Madinah merupakan peristiwa yang paling bersejarah dan memiliki dampak yang sangat luas. Dan itu pun dilakukan setelah turun firman Allah dalam surat An Nisa (4) ayat 97 yang artinya Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan Malaikat dalam Keadaan Menganiaya diri sendiri  (kepada mereka) Malaikat bertanya : "Dalam Keadaan bagaimana kamu ini?". mereka menjawab: "Adalah Kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para Malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.

Sebelumnya para sahabat termasuk Rasulullah SAW mendapat tekanan dari kaum kafir Quraisy dalam bentuk boikot, teror, ancaman diculik, bahkan rencana pembunuhan. Para sahabat yang tidak kuat menahan tekanan, ancaman dan lain sebagainya meminta izin kepada Rasulullah SAW sebagaimana yang dinukilkan dalam kitab Fiqh Al Siroh yang ditulis oleh Said Ramadhan Al Buthi dalam bab Hijrah. Kemudian Nabi mengizinkan setelah turunnya wahyu dengan sabdanya : “Sungguh telah diinformasikan kepadaku negeri dimana kalian bisa hijrah yaitu kota Yastrib”.

Lebih dari 1400 tahun yang lalu berangkatlah sejumlah penduduk yang tinggal di daerah lembah penuh perbukitan, kearah yang tandus, tidak ada air didaerah yang disebut dalam do’a Nabi Ibrahim yang mengatakan : “aku meninggalkan anak keturunanku disebuah lembah yang tidak ada disana tumbuh-tumbuhan disamping Baitullah”.

Mereka berhijrah bukan karena kesusuhan hidup secara ekonomi. Bukan karena miskin, tidak punya harta, kekayaan di Mekkah. Mereka adalah sahabat-sahabat kaya, pedagang, peternak dan lain sebagainya. Bahkan banyak diantara mereka adalah orang sudah terbiasa melakukan perjalanan jauh ke Syria, Bahrain, Negeri Syam dan kota-kota lainnya. Tetapi mereka hijrah karena ingin memelihara keimanannya, mengembangkan da’wah mencari tempat yang kondusif untuk perkembangan Islam kedepan. Itupun atas izin Rasulullah dan perintah dari Allah SWT.

Perjalanan ini kemudian menjadi perjalanan bersejarah, menjadi tonggak ditetapkannya tahun Hijriyah, penanggalan ummat Islam. Mereka yang hijrah disebut Muhajirin, sementara saudara-saudara mereka yang menerima disebut Al Ansor.


Pengertian Hijrah

Hijrah dari segi bahasa adalah berpindah dari negeri asal atau dari negeri sendiri ke negeri orang lain. Kata Hijrah dapat dipadankan dengan kata berimigrasi atau merantau. Berusaha dinegeri orang dengan harapan dapat merubah nasib, mendapat keberhasilan lebih baik dibanding dinegeri sendiri. Maka hijrah disini lebih pada motif ekonomi.

Dalam berbagai kasus di dunia saat ini, sering warga pendatang atau imigran dipandang sinis atau sebelah mata oleh penduduk asli. Berbeda halnya ketika muslimin (Muhajirin) hijrah ke Madinah, oleh penduduk asli Madinah atau Ansor malah diterima dengan sepenuh hati, bahkan dianggap keluarga sendiri, saling waris mewarisi hingga turun ayat tentang waris.


Hijrahnya Nabi Muhammad Saw Bersama Sahabat

Hijrah nabi Muhammad SAW dan para sahabat dari Mekkah ke Madinah sudah melalui pertimbangan yang matang, bahkan atas perintah Allah SWT seperti tersebut dalam surat Annisa ayat 97.

Sebelum terjadinya peristiwa hijrah, masyarakat Madinah itu telah terkondisi dengan baik melalui da’wah panjang sebelumnya yang dilakukan oleh Mus’ab bin Umair dan kawan-kawan. Bahkan sebelumnya terjadi Bai’ah (sumpah setia) sahabat-sahabat Ansor melalui Bai’atul Aqobah I dan II, dimana mereka berjanji akan melindungi dan membela Nabi Muhammad SAW dan para sahabat Muhajirin yang hijrah ke Madinah. Mereka menyambut dengan suka cita dan berjanji setia dibawah pimpinan Nabi Muhammad SAW.

Berkembangnya ajaran Islam secara komprehensif dalam semua aspek kehidupan termasuk bidang politik dan kekuasaan terjadi setelah peristiwa hijrah ke Madinah.


Essensi Hijrah

Hijrah secara fisik untuk saat ini tentu tidak mungkin untuk kita lakukan. Karena kita tidak hidup dibawah tekanan, teror dan sebagainya. Kita masih memiliki kebebasan menjalani kehidupan beragama dengan leluasa. Dalam kondisi saat ini yang perlu kita lakukan adalah hijrah hati nurani, hijrah perilaku, hijra pemikiran dan perbuatan dari masa lalu yang penuh dengan perbuatan maksiat, dosa dan kekerasan kedalam perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam. Seperti kata Umar bin Khattab, “Hijrah itu adalah garis pemisah antara yang hak dan yang batil, jadikanlah itu sebagai penanggalan”.

Dalam surat Al Taubah (9) ayat 20 sampai 21 Allah SWT berfirman : Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari padanya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh didalamnya kesenangan yang kekal. (Sumber : Dewan Dakwah Pusat, karya Amlir Syaifa Yasin)

4.11.11

Memahami dan Mengamalkan Islam Secara Kaffah

Posted oleh amresobri in blog KIK


Islam kaffah maknanya adalah : Islam secara menyeluruh, yang Allah ‘Azza wa Jalla perintahkan dalam Al-Qur`an surat Al-Baqarah ayat 208. Perintah kepada kaum mu`minin seluruhnya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
[البقرة/208]
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kepada Islam secara kaffah (menyeluruh), dan janganlah kalian mengikuti jejak-jejak syaithan karena sesungguhnya syaithan adalah musuh besar bagi kalian.” [Al-Baqarah : 208]

Mukjizat Qiyam

Qiyam adalah aktivitas ibadah shalat di malam hari. Shalat harus dilakukan dengan berdiri (qiyam). Di bulan Ramadhan, shalat taraweh disebut qiyamullail (berdiri di malam hari), sedangkan di luar Ramadhan adalah shalat tahajjud. Hakikat Qiyam adalah bangun dan tegak lurus sambil berdiri beribadah kepada Allah. Jika di siang hari kita melakukan Shiyam atau manajemen syahwat, maka di malamnya kita dilatih untuk Qiyam. Jika makna di balik kata Shiyam itu adalah manajemen syahwat, maka di balik kata Qiyam dapat pula kita maknai sebagai manajemen ibadah.
Terdapat tiga prinsip dasar dalam memaknai Qiyam dalam arti manajemen ibadah. Pertama, tegak lurus berdiri beribadah kepada Allah.

SENYUM , HATI dan MARAH


Sekali senyum curiga hilang.

Dua kali senyum jadi sahabat.
Tiga kali senyum hati penuh damai.
Empat kali senyum beban jadi ringan.
Lima kali senyum rezeki datang.
Enam kali senyum keluarga rukun.

“Misi Kristen di Buku Sejarah SMP”

 
DALAM sebuah buku Sejarah untuk siswa SMP kelas VIII (Jakarta: Erlangga, 2006), diuraikan satu bab khusus berjudul “Perkembangan Kristen di Indonesia”. Bab ini dibuka dengan uraian berikut: “Mengapa perlu mempelajari bab ini? Penyebaran Kristen di Indonesia berintikan damai dan cinta kasih. Namun, karena intervensi politik Barat, timbul kesan penyebaran Kristen identik dengan kolonialisme dan imperialisme. Dengan mempelajari bab ini, kita diajak untuk semakin sadar betapa campur tangan politik dapat merusak nilai-nilai luhur yang terkandung pada setiap agama.”

RUU Intelejen, alat mengkriminalisasikan umat Islam Indonesia

Pembahasan RUU Intelejen telah memasuki babak akhir, tak lama lagi akan segera disahkan oleh DPR. Meski sudah banyak mengalami perubahan dari naskah aslinya, RUU tersebut tetap memuat sejumlah pasal yang berpotensi memberi ruang untuk kriminalisasi warga negara, khususnya umat Islam Indonesia.

“Ada kalimat atau frase yang tidak didefinisikan dengan jelas, sehingga berpeluang menjadi pasal karet, seperti frase ‘ancaman nasional’ dan ‘keamanan nasional’, juga ‘ketahanan ideologi’, tidak jelas kriterianya. Itu bisa mengkriminalisasikan umat Islam Indonesia,” ujar juru bicara HTI, Ismail Yuswanto di Hall Volley, GBK Senayan, Jakarta, (9/10/2011).

Ismail menjelaskan, meskipun rumusan RUU Intelijen semakin membaik dalam naskah aslinya, namun muncul kembali pasal-pasal baru yang semakin tidak jelas, kabur dan cenderung multitafsir.

“Ada pasal-pasal baru seiring pembahasan RUU tersebut. Yang pertama sudah makin membaik, justru pasal yang baru muncul itu yang semakin mengaburkan keseluruhan rumusan RUU tersebut.

Rumusannya semakin tidak jelas, kabur dan cenderung multitafsir, sehingga sangat tidak mungkin disalahgunakan,” kata Ismail menjelaskan.

“RUU Intelijen Negara tidak lebih dari kriminalisasi umat Islam. Oleh karena RUU itu yang nantinya akan menjadi UU bahwa akan hilang lah ruang untuk dakwah umat Islam,” kata Ismail.

Berbagai solusi telah dijabarkan oleh sejumlah elemen masyarakat terkait pembahasan RUU Intelijen di DPR. Namun, seiring perjalanan RUU tersebut,Ismail Yusanto menilai, anggota DPR masih saja tidak mampu merumuskannya secara cermat.

“Sudah banyak elemen masyarakat yang memberikan solusi untuk pasal-pasal yang masih bermasalah di dalam RUU tersebut. Tidak sedikit pula dari mereka, termasuk kami yang sudah duduk bersama di DPR, namun tetap saja anggota DPR tidak mampu merumuskan secara cermat dan bijak,” ujarnya.
Menurutnya, hingga kini masih ada tiga persoalan mendasar di RUU Intelijen. Permasalahan itu menyangkut, kewenangan intelijen, penangkapan dan masalah penyadapan.

“Kami sudah memberikan penjabaran serta solusi terhadap tiga masalah terbut waktu duduk bersama DPR. Kami juga mengakui bahwa ada beberapa solusi kami yang sudah diadopsi oleh DPR, tetapi malah dirusak di bagian lain. Alhasil percuma saja solusi yang kami berikan kemarin. Kami anggap dibalik ini ada pesanan penguasa. Dari pada RUU nantinya malah mengkriminalisasikan rakyat, lebih baik kami nyatakan tolak untuk RUU tersebut,” imbuh Ismail.

Lebih tegas HTI menyatakan sikap menolak RUU Intelijen, karena hanya dijadikan sebagai alat mengkriminalisasikan umat Islam di Indonesia.

“Memang RUU itu diperlukan oleh negara, tetapi tidak untuk memusuhi rakyatnya. Untuk itu kami dengan tegas menolak RUU Intelijen tersebut,” Ujarnya.

Terkait hal tersebut HTI menyerukan kepada seluruh ulama Indonesia untuk menolak RUU tersebut, dan terus menyerukan untuk menggandeng seluruh umat Islam, untuk selalu menjaga ukhwah islamiahnya.

“Bersama Ulama Tegakan Khilafah, mari kita saling merangkul agar tetap menjaga ukhuwah Islamiah kita,” ujar Ketua Umum Hizbut Tahrir Indonesia, Rohmat S Labib dalam pembukaan ceramah Hizbut Tahrir Indonesia, di Hall Volley, GBK Senayan Jakarta, Minggu (9/10).

Kegiatan bertema ‘Bersama Ulama Tegakan Khilafah’, para jamaah berkumpul bersama di Hall Volley, Glora Bung Karno, Jakarta, Minggu (9/10) untuk mendapatkan pesan yang baik dalam melakukan perilakunya sehari-hari.

“Untuk kesekian kalinya para ulama bersama Hizbut Tahrir berdiri pada shaff yang sama dengan semua kekuatan yang dimiliki dan menyeru untuk melakukan aktivitas dengan sungguh-sungguh, dengan mencurahkan semua kekuatan serta dalam waktu secepatnya untuk merintis kehidupan Islam,” imbuh Rohmat.

Sumber : arrahmah.com

M. Natsir : Pejuang Syariah, Menolak Sekularisme!

Muhammad Natsir, sering dipanggil Pak Natsir, tokoh yang juga bergelar ‘Datuk Sinaro nan Panjang’ ini lahir di Minangkabau, tepatnya di kampung Jembatan Berukir, Alahan Panjang, Sumatera Barat pada 17 Juli 1908, dari pasangan Sutan Paripado dan Khadijah. Ayah Natsir bekerja sebagai pegawai pemerintahan di Alahan Panjang, sedangkan kakeknya seorang ulama. Natsir merupakan pemangku adat untuk kaumnya yang berasal dari Maninjau, Agam dengan gelar Datuk Sinaro Panjang.

Dampak Buruk Akibat Membanggakan Diri (I'jaab Bin Nafsi)

Dampak Buruk Akibat Membanggakan Diri (I'jaab Bin Nafsi);

I. Terhadap Pribadi Aktivis.

Dampak buruk akibat membanggakan diri, di mana para aktivis dapat terjerat dalam perangkap: sikap angkuh, bahkan sombong.

Inilah pengaruh pertama yang timbul akibat I'jaab bin Nafsi. Ini karena acapkali seorang yang membanggakan diri akan menjurus kepada sikap peremehan akan jiwanya, yakni menghilangkan porsi jiwa untuk introspeksi atau ber-muhasabah.

Keadaan seperti itu semakin lama akan semakin menambah akutnya penyakit, sampai merembet kepada sikap mencela dan mengecilkan perbuatan orang lain. Itulah yang dinamakan angkuh (ghuruur). Atau bisa jadi penyakitnya terus meningkat kepada sikap merasa lebih tinggi dari orang lain, sambil mencela pribadi-pribadi mereka. Itulah yang dinamakan sombong (takabbur). Baik ghuruur maupun takabbur mempunyai dampak yang membahayakan, dan akibatnya akan membinasakan.

Terhalang Dari Restu Allah

Orang yang membanggakan diri umumnya akan selalu mengandalkan dan bertumpu pada pribadinya dalam setiap masalah. Ia lupa atau melupakan Penciptanya, Yang Mengatur semua urusannya, dan Yang Menganugerahkan semua nikmat kepadanya, lahir dan bathin. Keadaan semacam itu akan menjadikan dirinya tidak dihiraukan dan tidak ditolong oleh Allah dalam setiap sepak terjangnya. Sesungguhnya telah menjadi ketentuan Allah SWT terhadap makhluk-Nya, yakni Dia tidak akan memberi pertolongan kepada hamba-hamba-Nya yang sombong lagi membanggakan diri. Allah hanya akan memberikan pertolongan kepada mereka yang tidak menyombongkan diri dan menghilangkan campur tangan setan dalam dirinya serta yang sepenuhnya berlindung kepada-Nya semata.

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَن

"Dan orang-orang yang berjihad di jalan Kami, niscaya akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami". (QS. Al-Ankabut [29] : 69)

Dalam hadist qudsi Allah SWT berfirman :

"...Sesungguhnya hamba akan terus menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan melaksanakan ibadah sunnah, sampai Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya, Aku akan menjadi pendengarannya yang ia mendengar dengannya, Aku akan menjadi tangannya yang ia memegang dengannya, Aku akan menjadi kakinya yang ia berjalan dengannya. Dan jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, akan Aku kabulkan permohonnya, dan jika ia meminta perlindungan kepada-Ku, maka Aku akan melindunginya." (HR. Bukhari)

Gugur Saat Menghadapi Ujian atau Kesulitan

Orang yang pongah biasanya tidak menaruh perhatian terhadap masalah tazkiyah (kebersihan jiwa) dan masalah perbekalan yang harus dipersiapkan dalam menempuh sesuatu perjuangan. Manusia seperti itu pasti akan mudah gugur dan menjadi lemah ketika menghadapi ujian atau kesulitan. karena ia tidak mengingat Allah ketika dalam ketenteraman, maka Allah pun tidak menginatnhya pula pada waktu ia tengah menghadapi kesulitan. Maha benar Allah SWT yang berfirman-Nya:

إِنَّ اللّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَواْ وَّالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ ﴿١٢٨﴾

"Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat ihsan." (QS. An-Nahl [16] : 128)

Firman-Nya yang lain :

وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

"...Dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-Ankabut [29] : 69)

Tepat pula apa yang pernah disabdakan oleh Nabi SAW ketika beliau memberi nasihat kepada Ibnu Abbas ra lewat sabdanya :

"...Peliharalah hak-hak Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya sebagai pendukungmu. Ingatlah Allah ketika engkau dalam keadaan lapang, niscaya Ia akan mengingatmu di kala engkau tengah menghadapi kesulitan." (HR. Ahmad)

Dijauhi dan Dibenci Manusia

Orang yang berlaku 'ujub' pada hakikatnyamengundang kemurkaan Allah. Maka barangsiapa yang dimurkai Allah, niscahya akan dimurkai pula oleh penghuni langit, hyang selanjutnya akan merembet kepada kemurkaan penduduk bumi. Kita akan menyaksikan orang yang 'ujub' itu ditinggalkan dan dibenci manusia. Mereka tidak mau melihat ataupun mendengarkan perkataannya. Sebagaimana diriwayatkan oelh Bukhari dan Muslim dalam salah satu hadist, Rasulullah SAW berkata:

"Sesungguhnya Allah SWT jika mencintai seorang hamba, Dia memanggil Jibril dan berkata: 'Sesungguhnya Aku mencintai fulan, maka cintailah dia'. Maka penghuni langit pun akan mencintainya. Kemudian dia diterima dengan baik oleh penduduk bumi. Sebaliknya, jika Allah murka terhdap seorang hamba, maka Ia memanggil Jibril, dan berkata, 'Sesungguhnya Aku membenci fulan, maka bencilah dia'. Kemudian Jibril membencinya dan berseru kepada penguhi langit agar membecinya. Kemudian malaikat membencinya. Kemudian diletakkan kebencian kepada penduduk bumi." (HR. Bukhari dan Muslim)

Mendapat Hukuman dan Pembalasan Allah, Cepat atau Lambat.

Sikap 'ujub' juga mengakibatkan hukuman dan pembalasan Allah, cepat atau lambat. Selama hidup di dunia mungkin ia akan ditimpa azab yang pedih sebagaimana azab yang telah menimpa umat-umat sebelumnya, atau paling tidak, ia akan menderita kegelisahan, dilanda perpecahan, dan keresahan jiwa, sebagaimana dialami umat masa kini. Rasulullah Shallahu alaihi was sallam bersabda:

"Ketika seorang berjalan dengan pongah dan bangga terhadap dirinya, maka Allah akan membenamkannya ke dalam tanah, dan ia akan meronta-ronta sampai datangnya hari kiamat." (HR. Bukhari dan Muslim)

II. Terhadap Amal Islami.

Lebih Mudah Dicabik-cabik dan Selanjutnya Dihancurkan

Sikap 'ujub' juga tidak akan mampu menghasilkan manfaat apapun kecuali setelah melalui beban yang banyak dan memakan waktu yang lama. Hal seperti itu berlaku pula dalam konteks mengarungi amaliyah dakwah. Banyak terjadi, suatu gerakan dakwah yang akhirnya kandas atau tidak mampu membuahkan hasil yang baik kendati telah banyak mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran gara-gara para aktivisnya banyak yang bersikap 'ujub' tatkala menghadapi ujian dan kesulitan. Hal ini dapat kita pahami, karena pada umumnya, orang yang bersikap 'ujub' akan tumpul ketajaman bashirah-nya (mata-hatinya).

Menjadikan Masyarakat Antipati Terhadap Harakahnya

Sudah merupakan hal yang lumrah jika banyak manusia yang menjauh, bersikap antipati, bahkan akan akan membenci kala melihat orang-orang yang berperilaku 'ujub'. Jadi, jika dalam diri para aktivis harakah banyak yang berperangai 'ujub', maka sudah dapat dipastikan amal Islami yang tengah diupayakan oleh harakah tersebut tidak akan mendapat tempt di hati masyarakat luas.

Dengan demikian, tujuan yang hendak mereka raihpun akan semakin sulit dan berat untuk direalisasikan. Itulah dua hal terpenting dari dampak buruk perilaku 'ujub' terhadap harakah Islamiyah. Wallahu'alam. (Sumber : www.eramuslim.com)

HENING

Dalam sebuah keheningan malam, seekor anak kelinci tampak gelisah dalam lubang nyaman keluarganya. Entah kenapa, matanya sulit untuk dipejamkan. Pikirannya selalu menerawang ke arah gelap yang membuat suasana kian hening.

“Ayah, kenapa di sebagian hidup kita selalu ada malam yang membuat hening?” tanya sang anak kelinci kepada ayahnya yang tiba-tiba terbangun.

Setelah berpikir sebentar, sang ayah kelinci menjawab, “Begitulah Yang Maha Kuasa menciptakan keseimbangan dalam hidup kita. Ada saatnya kita bergerak, berlari, mencari makan, dan ada saatnya kita beristirahat.”

“Ayah, bukankah kita bisa istirahat dalam suasana terang?” sergah sang anak kelinci di luar dugaan ayahnya.

“Anakku, dalam diri kita ada ego, nafsu yang selalu memaksa kita untuk memenuhi kemanjaan-kemanjaannya. Kepuasannya tidak akan pernah berakhir hingga kita mati. Karena itulah, Yang Maha Bijaksana menciptakan malam untuk memaksa kita tidak lagi menuruti ego atau nafsu,” ucap sang ayah kelinci panjang.

“Tapi ayah, aku tidak bisa terlalu lama mengisi malam hanya dengan istirahat. Seperti yang kualami malam ini,” ungkap si anak kelinci lagi.

“Anakku, malam hanya bentuk dari sebuah keadaan. Isi yang utamanya adalah keheningan. Saat itulah, makhluk hidup seperti kita terpenjara alam ketidakberdayaannya. Dan saat itulah, kita tersadarkan dengan kesalahan, kekhilafan, kelengahan atas apa yang telah kita lakukan di siang tadi agar tidak lagi terulang esoknya. Itulah istirahat yang sebenarnya,” jelas sang ayah kelinci.

***

Hiruk pikuk kehidupan selama sebelas bulan dalam putaran satu tahun, seperti memenjara kita dalam ruang sempit yang dikuasai nafsu dan syahwat. Seluruh raga terus ingin bergerak memenuhi perintah syahwat untuk mendapatkan kepuasan sesuatu: harta, seks, kekuasaan, kepemilikan, dan sejenisnya.

Allah swt. memaksa hamba-hambaNya yang Ia cintai untuk sejenak berada dalam keheningan. Keheningan malam yang memberikan ruang bagi ruhani bergerak mengalahkan syahwat, untuk terbang ke langit meninggalkan hinanya tarikan dunia.

Dan, keheningan beberapa hari terakhir di bulan suci ini untuk melihat wajah dunia sebelas bulan kita apa adanya. Untuk sesaat, memenjarakan syahwat yang selama ini telah menjadi tuan dalam diri kita. (muhammadnuh@eramuslim.com)